Langsung ke konten utama

EARNING MANAGEMENT

Earning Management

Hai, sobat kepowers analisa keuangan.
Di artikel kali ini saya akan membicarakan mengenai earning management.

Nah, 
Apa sih Earning Management itu?
Menurut teori tindakan Earning Management merupakan tindakan yang termasuk dalam kegiatan manipulasi laporan keuangan.
Earning management hingga saat ini masih merupakan dilema ethical dalam perlakuannya.

Disisi lain, Earning Management perlu dilakukan oleh perusahaan 
dalam suatu tindakan yang berupa targeting earning (profit) untuk kinerja perusahaan di tahun kedepannya.

Earning Management dapat menjadi suatu bentuk manipulasi, 
apabila kegiatan Earning Management ini dilakukan untuk financial performance yang berlangsung saat ini untuk keperluan pelaporan tutup tahun sebagai upaya perbaikan pelaporan tahunannya

Nah, bila itu dilakukan maka Earning Management akan merupakan suatu bentuk pemanipulasian laporan keuangan atau yang biasa kita kenal dengan fraudulent (fraud).

Tapi apa sih sebenarnya Earning Management atau yang sering kita sebut dengan Manajemen Laba itu ?

Secara definitif, Manajemen laba merupakan tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standara tertentu untuk mempengaruhi laba yang akan terjadi menjadi seperti yang mereka inginkan melalui pengelolaan faktor internal yang dimiliki perusahaan. 

Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Manajemen Laba:
  1. Manajemen Akrual (accruals management). Faktor ini biasanya berkaitan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer (managers discretion).
  2. Penerapan Suatu Kebijaksanaan Akuntansi yang Wajib. Faktor ini berkaitan dengan keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijaksanaan akuntansi yang wajib diterapkan oleh perusahaan yaitu antara menerapkannya lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijaksanaan tersebut.
  3. Perubahan Aktiva Secara Sukarela. Faktor ini biasanya berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu diantara sekian banyak metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada (Generally Accepted Accounting Principles).

Ada 4 pola yang dilakukan manajemen untuk melakukan pengelolaan atas laba sebagai berikut:
  1. Taking a Bath. Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang. Manajemen mencoba mengalihkan expected future cost ke masa kini, agar memiliki peluang yang lebih besar mendapatkan laba di masa yang akan datang.
  2. Income Minimization. Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat laba yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. Manajemen mencoba memindahkan beban ke masa kini agar memiliki peluang yang lebih besar mendapatkan laba di masa yang akan datang.
  3. Income Maximization. Dilakukan pada saat laba menurun dengan cara memindahkan beban ke masa mendatang. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
  4. Income Smoothing. Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba Menurut Scott (2003), terdapat berbagai motivasi perusahaan melakukan manajemen laba, yaitu:
  1. Other Contractual Motivations. Secara umum untuk memenuhi kewajiban-kewajiban kontraktual, termasuk perjanjian hutang (debts convenants).
  2. To Communicate Information To Investors. Investor akan melihat kebijakan akuntansi yang dipilih ketika mengevaluasi dan membandingkan laba.
  3. Political Motivations Untuk mengurangi biaya politis dan pengawasan dari pemerintah, untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas pemerintah seperti subsidi dan perlindungan dari pesaing luar negeri, untuk meminimalkan tuntutan serikat buruh, yang dilakukan dengan cara menurunkan laba.
  4. Taxation Motivations. Manajemen laba dilakukan untuk tujuan penghematan pajak, yaitu dengan cara memperkecil perolehan laba sehingga mengakibatkan apa yang dibayarkan kepada pemerintah juga lebih kecil dari yang seharusnya.
  5. Changes of Chief Executive Officer (CEO).  CEO yang mendekati akhir jabatannya, cenderung melakukan income maximation untuk meningkatkan bonus mereka.
  6. Initial Publik Offerings (IPO).  Perusahaan yang akan melakukan penawaran saham perdana (IPO), cenderung melakukan income increassing untuk menarik calon investor.
Lalu, apakah upaya manajemen laba itu dilarang?
Adakah legalitas manajemen laba dalam penyusunan laporan keuangan? 

Manajemen Laba secara praktek bila dilakukan untuk melakukan targeting performance keuangan yang akan datang, sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan dalam meningkatkan kemakmuran para shareholdernya akan dapat dikatakan sebagai tindakan yang sewajarnya dilakukan oleh perusahaan. Asalkan dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan tersebut selalu mengacu pada legalitas (GAOL,2014).:
  1. Aturan akuntansi yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK), yang mana SAK ini hanya merupakan suatu pernyataan yang dibuat dan dikeluarkan oleh organisasi profesi akuntan, tanpa adanya legalitas dari pemerintah sebagai lembaga hukum yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan,
  2. Keabsahan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) ini menurut para organisasi profesi akuntan adalah menggunakan Undang-Undang di dalam pasalnya menyebutkan Penyusunan Laporan Keuangan berdasarkan SAK ,
  3. Telah terjadi kelemahan hukum dalam penyusunan laporan keuangan yang akan mengakibat kerugian financial baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah serta tidak adanya sanksi hukum dan pertanggungjawabannya.
maka dari itu, dalam penyusunan laporan keuangan, manajemen laba sesungguhnya bukanlah tindakan penipuan (Fraud) atau tindakan kejahatan lainnya asalkan tetap memperhatikan & mengikuti kaidah-kaidah metode akuntansi. 

Namun, apakah manajemen laba etis dilakukan? 
Terdapat pandangan yang berbeda-beda terhadap praktik manajemen laba dan hal ini menimbulkan dilema etis. Kita coba menilik mengapa dari sisi pentingkah manajemen laba ini (Usman, repository UNG).

Pentingnya Manajemen Laba

Sikap manajemen terhadap SAK berhubungan dengan kepentingan terhadap pengungkapan kinerja finansial (nilai perusahaan), diantaranya laba yang secara normal disajikan menurut kaidah standar akuntasi. 

Adanya pembatasan terhadap penyajian elemen-elemen informasi akuntansi mengakibatkan penurunan keuntungan/aktiva yang dilaporkan. Sehingga resiko perusahaan ditempatkan sebagai bagian dari pertimbangan teknis pada saat standar tersebut efektif berlaku. 

Adaptasi terhadap standar akuntasi yang menurunkan laba atau nilai intristik akan mengakibatkan perusahaan yang beresiko tinggi berada dalam posisi lemah terhadap perjanjian dengan pihak ketiga.

Dengan fenomena tersebut, manajemen menggunakan laporan laba/rugi sebagai ukuran efisiensi dan efektivitas alokasi sumber daya. Karena pentingnya laporan laba/rugi, maka laba menjadi perhatian utama manajer sehingga mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba untuk lebih concern pada solvabilitas dan likuiditas terhadap sejumlah leverage yang menjadi kebijakan perusahaan sebagai salah satu sumber pendanaannya.


Leverage, Struktur Modal dan Manajemen Laba
Berbicara mengenai leverage dan pendanaan, otomatis ingatan kita akan tertuju pada kebijakan struktur modal yang digunakan oleh perusahaan dan nilai rasio yang terkait dengan likuiditas dan leverage, salah satunya DER (debt equity ratio).

Pendanaan bagi sebuah perusahaan bisa didapat melalui sumber eksternal, yakni pembiayaan melalui utang (debt) dan pembiayaan melalui penjualan saham (equity).
Dalam menyediakan pendanaan bagi perusahaan ini, debtholders sebagai pemberi utang maupun shareholders sebagai pihak yang membeli saham tentunya mengharapkan adanya suatu imbalan.
Imbalan ini merupakan representasi dari risiko-risiko yang terkandung dari disediakannya dana bagi perusahaan tersebut. 

Oleh karenanya, berdasarkan pada fenomena concerned perusahaan pada solvabilitas dan likuiditas itulah yang menjadi pertimbangan untuk melihat apakah ada kemungkinan terjadinya manajemen laba di suatu perusahaan, salah satu cara memulainya adalah dengan menyaring data kebijakan modal yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.

Kontroversi Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam akuntansi keuangan. Manajemen laba tidak selalu diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba. Manajemen laba tidak selalu dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dalam batasan GAAP. Pihak-pihak yang kontra terhadap manajemen laba, menganggap bahwa manajemen laba merupakan pengurangan dalam keandalan informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi return dan resiko portofolionya (Assih, 2004)

Cara Menghitung Manajemen Laba
Tahap 1 : 
Menghitung Total Accrual (TAC) di mana laba bersih  (NI dari Net Income) perusahaan i tahun t dikurangi dengan total arus kas operasi perusahaan i tahun t (CFO).


Tahap 2 : 
Setelah mengestimasi Total Accrual (TAC) seperti pada tahap 1 tersebut dengan Ordinary Least Square (OLS) untuk mendapatkan koefisien regresi dengan SPSS. 
Namun sebelum masuk ke tahap OLS yang bisa dilakukan dengan memasukkan data Ait-1 (Total Asset Perusahaan i pada tahun sebelumnya), Delta Revit (yang merupakan selisih nilai Pendapatan Penjualan perusahaan i pada tahun saat ini dengan tahun sebelumnya) dan PPEit (Total Aktiva Tetap atau Fix Asset perusahaan i di tahun saat ini) pada rumus tahap 2 sebagai berikut,







Tahap 3 : 
Setelah mendapatkan koefisien regresi dengan SPSS, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan ketiga nilai beta tersebut untuk menghitung nondiscretionary accruals (NDA) dengan rumus sebagai berikut,

Note. 
Delta Recit merupakan nilai selisih piutang perusahaan i pada tahun saat ini dengan tahun yang lalu.

Tahap 4 : 
Setelah mendapatkan nilai NDA tersebut, langkah terakhir adalah menghitung discretionary accruals (DA) dengan memasukkan seluruh nilai TAit dan Ait-1 untuk mendapatkan nilai DA sebagai ukuran dari manajemen laba.



Berikut adalah rumus excel lengkap dengan formulasi untuk perhitungan Earning Management yang dapat anda unduh dengan klik link disini.



Daftar Pustaka
GAOL, I. Y. M. L. (2014). LEGALITAS MANAJEMEN LABA DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WORKING CAPITAL MANAGEMENT

Apa itu working capital (modal kerja) ? Kenapa kita wajib mengetahuinya ? =========== Ada istilah yang harus dipahami dalam dunia bisnis yaitu modal kerja.  Mereka yang ingin memulai perusahaan sendiri atau terlibat dalam pekerjaan keuangan perusahaan harus memahami apa itu modal kerja.  Modal kerja, juga dikenal sebagai modal kerja bersih, adalah perbedaan antara aset lancar perusahaan dan kewajiban lancar. Kali ini artikel akan memperkenalkan modal kerja dan hubungannya dalam memaksimalkan pembiayaan operasional perusahaan. Nilai modal kerja dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendek, sekaligus sebagai indikator status keuangan perusahaan. Pengertian Working Capital Working capital adalah modal kerja bersih yang didapat dari selisih antara aset perusahaan dengan liabilitas perusahaan saat itu. Yang merupakan aset perusahaan antara lain uang tunai, uang yang tersimpan di rekening bank, aset lain yang bisa diuangkan dengan cepat, serta tagihan-tagihan ya

CASH HOLDING

CASH HOLDING Hai sobat kepo analisis keuangan. Bagaimana kabar sobat hari ini ? Di posting kali ini kita akan mencoba mencari tahu mengenai CASH HOLDING . Memperoleh pendapatan yang optimal masih menjadi beberapa perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan diambil dari sisi kemakmuran pemilik atau pemegang saham dan stake holder.  Tujuan tersebut akan tercapai bila manajemen perusahaan secara efektif dan efisien mampu mengelola keuangannya, salah satunya menentukan pengelolaan besarnya cash holding perusahaan. Penetapan cash holdings pada titik optimal sangat perlu dilakukan karena kas merupakan elemen modal kerja yang paling diperlukan perusahaan untuk memenuhi kegiatan operasional perusahaan. Baik penahanan saldo kas yang terlalu besar (excess cash holdings) maupun penahanan saldo kas yang terlalu sedikit (cash shortfall) memiliki konsekuensi bagi perusahaan dan pemegang saham. Cash Holdings didefinisikan sebagai kas yang dipegang perusahaan atau yang siap untuk diinvestasikan ke